- Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat
Bidang Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kota Pasuruan pada hari Rabu, 15 Agustus 2018 menyelenggarakan Rapat Fasilitasi Meningkatkan Peran Serta Masyarakat Dalam Pengembangan Pengelolaan Sampah Tahun 2018 dengan tema “Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat”. Kegiatan ini dilaksanakan di TPS 3R Karanganyar yang dihadiri sekitar 80 orang perwakilan Bank Sampah Umum dan beberapa masyarakat Kota Pasuruan. Rapat ini dimulai pukul 09.00, dibuka dengan sambutan dari Bapak Rudiyanto,AP,MM selaku Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kota Pasuruan. Dalam sambutannya, beliau memberikan informasi bahwa kebersihan Kota Pasuruan tidak luput dari peran bank sampah yang sudah ada di Pasuruan. Bank Sampah yang sudah terdaftar di DLHKP ada sekitar 120, dan yang masih aktif sekitar 98 bank sampah. Jika dalam pelaksanaan kegiatan bank sampah mengalami kendala apapun, diharapkan untuk segera lapor ke pihak DLHKP, agar pihak DLHKP bisa menindaklanjuti dan membantu fasilitas yang dibutuhkan atau melakukan pembinaan melalui kader lingkungan. Untuk anggaran yang diperlukan, DLHKP bisa mengupayakan melalui APBD. Oleh karena itu, Kepala DLHKP berharap agar semua bank sampah bisa aktif kembali.
- Ecobrick
Setelah sambutan dari Kepala Dinas, dilanjutkan paparan dari Drs.H.Wiweko,MT selaku Direktur Sahabat Lingkungan. Dalam paparannya, Bapak Wiweko mengenalkan Ecobrick. Ecobrick adalah salah satu kerajinan tangan yang ramah lingkungan. Ecobrick dibuat dengan cara memasukkan plastik-plastik bekas ke dalam botol bekas hingga padat dan botol menjadi keras. Di Indonesia terkenal dengan sampah terbanyak No.2 di dunia, bahkan tercatat bahwa sampah plastik di Indonesia sudah meningkat 15% dari presentase sebelumnya. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan mampu mendaur ulang sampah agar bisa dimanfaatkan dan diolah dengan baik.
Tujuan dari Ecobrick sendiri adalah untuk mereduksi sampah plastik, karena seperti yang kita ketahui sampah plastik merupakan sampah yang sulit diuraikan kembali, maka diadakan pengelolaan sampah dengan sistem 3R. Jadi masyarakat harus mampu mengolah sampah plastik menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomi agar tidak kembali lagi menjadi sampah. Bahan baku baku Ecobrik adalah dari plastik bekas. Contoh hasil Ecobrick adalah botol aqua yang dimasukkan sampah plastik di dalamnya. Sampah plastiknya bisa dari bekas kantong kresek, bungkus makanan, bungkus permen,dll.
Proses pembuatan Ecobrick adalah pertama buka tutup botolnya, lalu masukkan sampah plastik ke dalam botol. Plastik yang digunakan adalah plastik hasil edukasi atau sampah baru (bukan hasil dari sampah yang menumpuk). Kalaupun menggunkan sampah plastik yang menumpuk harus dicuci terlebih dahulu. Untuk memudahkan sampah plastik masuk ke dalam botol, bisa dibantu mendorongnya dengan bambu. Pastikan seluruh alas bagian dalam botol dengan sampah plastik sehingga menjadi padat dan tidak longgar. Seluruh pojok botol harus tertutup dengan plastik, karena jika ada yang longgar botol tersebut tidak kuat menahan beban. Untuk satu botol aqua 600 ml membutuhkan 250 sampah plastik, sedangkan botol aqua satu liter membutuhkan 350 sampah plastik. Setelah botol sudah terisi penuh dan benar-benar sudah padat tutup botol ditutup kembali, untuk merekatkan satu botol dengan botol lainnya direkatkan dengan lem tembak. Untuk mempercantik tampilan Ecobrik, botolnya bisa dicat susuai dengan selera.
- Pengomposan
Selain mengenalkan produk Ecobrick, Direktur Sahabat Lingkungan ini menjelaskan mengenai kompos. Hampir 70% sampah di Kota Pasuruan adalah sampah organik (sampah basah) yang kebanyakan adalah sampah daun, ranting, sayur, dll. Sampah tersebut bisa diolah kembali menjadi kompos. Namun, bukan hanya dari tumbuhan saja yang bisa diolah menjadi kompos, kotoran hewan seperti kotoran ayam, kambing dan sapi juga bisa dimafaatkan sebagai kompos.
Dalam membuat pupuk kompos organik lingkup rumah tangga adalah dengan menyiapkan sampah yang akan kita pakai dan pilah sampah-sampahnya antara sampah plastik dan sampah daun. Lalu, siapkan wadah yang layak dan pantas untuk pembuatan pupuk kompos ini. Kita bisa menggunakan ember, tong, atau wadah lain yang dirasa cukup layak. Usahakan tempat yang kita sediakan mempunyai tutup sehingga nantinya bisa terhindar dari binatang lalat, tikus atau mungkin terkontaminasi air hujan. Setelah itu ambil tanah secukupnya dan letakkan sebagai alas di wadah yang tadi disiapkan. Kemudian siram dengan air. Lalu, masukkan sampah daun-daun dan sampah limbah rumah tangga ke dalam wadah di atas lapisan tanah tadi, ratakan sampai kira-kira ketebalnnya sama dengan ketebalan tanah yang dimasukkan tadi. Kemudian tutup lapisan daun atau sampah rumah tangga tadi menggunakan tanah lagi dan siram kembali dengan air. Selanjutnya tutup wadah sampah tadi menggunakan tutup yang sudah diesdiakan, fungsi penutup ini menghindarkan calin kompos tadi dari hujan dan lalat. Lalu biarkan wadah tersebut selama kurang lebih tiga minggu.
Jika pengomposan dilakukan di lahan yang luas tidak perlu membuat lubang dan tidak perlu ditutup. Untuk butiran sampah yang besar perlu dimasukkan ke dalam mesin cacah terlebih dahulu, setelah dicacah lalu ditumpuk menggunung, lalu disiram. Untuk menghasilkan kompos yang bagus, tinggi kompos 1,5 meter atau seukuran dada orang dewasa, lebarnya 1 bentangan tangan dan panjangnya 2 meter. Jika saat dipegang dan digenggam mengeluarkan sedikit air berarti proses pengomposan berhasil. Biarkan tumpukan sampah tersebut kurang lebih selama dua hari, setelah dua hari sampah tersebut akan mengeluarkan asap. Asap tersebut adalah bukti jasa dari bakteri Termofilik yang memiliki suhu 450 sampai dengan 600. Jika saat dipegang suhunya terlalu panas hingga mencapai 800 itu berarti mengandung bakteri mesofilik dan sudah tidak boleh menambah tumpukan sampahnya, harus membuat tumpukan baru di sebelahnya. Hasil kompos bisa dipanen setelah 40 hari. Bapak Wiweko menghimbau dan mengharapkan agar seluruh masyarakt terutama bank sampah dapat mempraktikkan membuat Ecobrick , setidaknya satu bank sampah menghasilkan satu karya Ecobrick. Setidaknya kita sebagai masyarakat bisa mengurangi jumlah sampah di negeri ini yang semakin lama semakin banyak dengan mengelolanya dengan sistem 3R (Reduce, Reuse, Recycle) agar menjadi nol sampah.
Begitu paparan dari Direktur Sahabat Lingkungan. Acara ini berakhir pukul 12.00 WIB dan ditutup dengan do’a.